Minggu, 21 Oktober 2007

Senin, 22 Oktober 2007

Kiss Ramaikan Peringatan HSP

SUKAMARA - Hari Sumpah Pemuda (HSP) yang jatuh pada tanggal 28 Oktober nanti bakal diramaikan pergelaran musik. Tak tanggung-tanggung, even yang digawangi oleh Kiss Community Organizer ini rencananya akan mendatangkan Versus, band yang cukup ternama asal Jogja.
Fajar Hidayat, sekretaris Kiss Community Organizer membeberkan bahwa pagelaran musik itu akan dilaksanakan pada 17 Oktober mendatang. Dengan mengangkat tema Gebyar Sumpah Pemuda. EO (Event Organizer) yang cukup terkemuka di Sukamara ini mengajak generasi muda yang ada di Sukamara untuk lebih dapat menghargai dan mengerti makna hari Sumpah Pemuda dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
“Tujuan utama digelarnya even ini nanti ialah untuk mengingatkan kepada seluruh masyarakat tentang arti penting hari Sumpah pemuda. Mungkin ini merupakan yang pertama di Sukamara, yaitu memperingati hari Sumpah Pemuda dengan pagelaran musik seakbar ini,” tutur Fajar.
Ditegaskannya, tak ada muatan apapun dalam even yang akan digelar ini. Tidak ada muatan politik, dan yang paling utama ialah memberikan pengaruh kepada generasi muda untuk melakukan perubahan Sukamara ke arah yang lebih maju.
Ditambahkannya, demi kesuksesan acara ini maka akan terus dilakukan pembersihan dengan adanya penggunaan obat-obatan terlarang. Tak hanya kepada audiens saja, namun untuk seluruh panitia pelaksana pula.
“Pada pelaksanaan nanti, jika terdapat penonton yang mengunakan narkoba ataupun miras, maka panitia akan melarang masuk ke dalam dan mengembalikan biaya tiket yang telah dibelinya” katanya. (mug)
Kamis, 18 Oktober 2007

Tetap Dipertahankan Warga SukamaraTradisi Kunjung-mengunjungi Selama Tiga Hari Lebaran

SUKAMARA - Sistem kekerabatan bagi masyarakat Sukamara masih dipertahankan secara turun-temurun. Salah satunya pada saat hari raya Idul Fitri. Silaturahmi yang dilakukan oleh masyarakat Sukamara bukan hanya satu hari, melainkan berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Hampir seluruh aktivitas usaha masyarakat dihentikan. Waktu selama tiga hari dihabiskan untuk mengunjungi sanak saudara, baik yang berada dalam wilayah Sukmara maupun di tempat lainnya. Kendati tempat sanak saudara relatif jauh, namun karena itu sudah merupakan kebiasaan kunjung-mengunjungi, sehingga tetap ditempuh.
Kendati daerah ini sudah menjadi kabupaten, namun tidak mengubah kebiasaan masyarakat sebelumnya. “Kita jangan sampai melupakan tradisi yang selama ini kita lakukan. Sebab, tradisi kunjung-mengunjungi antar sesama merupakan anjuran dalam ajaran agama. Selama satu tahun kita disibukkan dengan berbagai kegiatan, sekaranglah tiba saatnya kita bersilaturahmi dengan keluarga serta tetangga untuk saling maaf memaafkan,” ungkap Samsudin, yang mengaku telah melakukan kebiasaan ini semenjak kecil bersama orang tuanya dulu.
Bagi masyarakat Sukamara, lanjut Samsudin, silaturahmi atau berkunjung kepada keluarga dilakukan oleh yang muda kepada yang tua. Artinya, bagi orang tua tidak perlu berjalan mengunjungi anak atau cucunya, melainkan anak atau cucunya sendiri yang harus datang mengunjungi.
Adapun untuk ke tetangga lainnya dilakukan saling kunjung-mengunjungi. Artinya kunjungan balasan harus dilakukan, kepada tetangga yang telah mengunjungi. Tradisi ini juga dilakukan untuk mempererat rasa persaudaraan antar sesama agar selalu hidup rukun. (mug)
Sabtu, 20 Oktober 2007

Sulit Bahan Baku, di Pasar Cuma Ada Satu Toko

SUKAMARA - Penjual Melihat Lebih Dekat Kota Sukamara yang Berjuluk Kota PermataJika sebutan Sukamara sebagai daerah pangkalan kayu sekarang hanyalah tinggal kenangan semata bersamaan gulung tikarnya para pengusaha kayu, kini masih ada satu julukan yang masih melekat dan menjadi ikon bagi kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) itu, yakni Kota Permata. Bagaimana kondisi saat ini?

KETIKA kita memasuki Kota Sukamara, tepat di depan komplek Kantor Bupati Sukamara tengoklah sebelah kanan jalan. Di situ, Anda akan melihat sebuah taman dengan tugu refleksi sebuah permata kecubung persegi berwarna biru. Mungkin tugu ini mengisyaratkan bahwa Anda telah memasuki Kota Permata, Sukamara.
Saat mendengar Kota Permata, ingatan kita bisa tertuju ke salah kota di Banjarmasin yang juga dijuluki Kota Permata, yaitu Martapura. Ketika masuk ke wilayah Martapura, tepat di perbatasan antara Banjar Baru-Martapura, kita juga bisa melihat refleksi permata intan. Yang pertama kali mungkin terbayang di benak saat kita berkunjung ke sana adalah betapa asyiknya mata dimanjakan dengan ragam permata yang ditawarkan dan dijual di sana-sini, seperti di komplek pertokoan permata yang berada di komplek pasar Martapura dan Cahaya Bumi Selamat (CBS).
Pun mungkin begitu yang dialami ketika bertandang ke Sukamara. Berharap mata dimanjakan dan pulang bisa membawa cendera mata dari permata-permata kecubung yang bernilai seni cukup tinggi itu. Apakah di Sukamara yang berjuluk Kota Permata di Kalimantan Tengah juga sama dengan Kota Permata Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimatan Selatan tersebut?
Jika ke Martapura, permata intan memang mudah ditemui di komplek pasar dan dijual di mana-mana dengan model dan harga yang bervariasi. Tetapi di Sukamara, Anda jangan terlalu banyak berharap dimanjakan dengan aneka permata kecubung yang dijual di komplek pertokoan seperti penjualan permata intan di Martapura itu.
Lantas di mana bisa mendapatkan permata-permata kebanggan Sukamara itu? Menurut cerita, sekitar tahun 50-an, batu mulia ini sudah diusahakan oleh para pengrajin di Sukamara. Batu kecubung mentah dengan kualitas tinggi yang masih berupa bongkahan batu itu masih banyak ditemukan seperti dari daerah Lupu, Ajang maupun dari wilayah Air Opas, Kalimantan Barat.
Karena mudahnya mendapatkan batu kecubung dengan kualitas tinggi dan harga yang relatif tinggi pula, banyak warga Sukamara yang mengusahakannya sebagai mata pencaharian mereka, sampai-sampai di wilayah Kampung Padang ada sebuah lingkungan yang menjadikan Kecubung sebagai nama gang jalan mereka. Hingga pada tahun 70-an menjadi puncak bersinarnya usaha batu mulia ini, dan tak sedikit pula hasil kerajinan itu dijual ke luar daerah Sukamara seperti ke Pangkalan Bun (Kobar), Pontianak (Kalbar), Palangka Raya (Kalteng), Banjarmasin (Kalsel) bahkan sampai ke pulau Jawa.
“Dahulu pengrajin batu kecubung ini sangat banyak sekali. Di Gang Kecubung (wilayah Kampung Padang) itu hampir semua warganya menjadi pengrajin. Dari anak biak (anak-anak) hingga betinanya (para wanita) ikut menggosok batu,” cerita salah seorang orang tua yang menjalani hidup di masa bersinarnya kecubung.
Dari tahun ke tahun terus dieksploitasi, potensi batu kecubung yang merupakan sumber daya alam yang tak bisa diperbarui itu akhirnya terus menipis. Para pengrajin yang dulunya ratusan orang, satu per satu mulai rontok dan beralih pekerjaan. Hingga akhirnya sekarang jumlah pengrajin kecubung di Sukamara sudah bisa dihitung dengan sepuluh jari. Namun, kegiatan penambangan batu mulia itu masih bisa ditemui di Desa Ajang, Kecamatan Permata Kecubung.
Dan di Sukamara sendiri, Anda masih bisa mendapatkan aneka hasil kerajinan batu permata kecubung dari beberapa orang pengrajin yang masih mencoba bertahan meski dengan minimnya permodalan. Untungnya pula, saat ini juga sudah tersedia satu buah toko di komplek pasar Sukamara yang khusus menampung hasil kerajinan mereka untuk dijual di pasaran. Kiranya keberadaan permata kecubung yang menjadi ikon Kota Sukamara perlu perhatian serius dari pemerintah. Dan pastinya, semua tak mengharapkan jika di Sukamara yang berjuluk Kota Permata ini pada kenyataannya nanti sulit mencari permata di pasaran. (**)
Jumat, 19 Oktober 2007

Jalan Perkampungan Sungai Ramis Diperbaiki

SUKAMARA – Rusaknya jalan di Sei Ramis yang dikeluhkan oleh para sopir taksi dan penumpang sekarang sudah cukup membaik, setelah pihak sopir maupun warga setempat melakukan swadaya perbaikan jalan dengan memasang papan sebagai pengeras jalan yang berpasir. Jalan pedesaan yang terbiasa dilalui menuju pelabuhan Sungai Bantu itupun menjadi mudah dilalui dan tak lagi terjadi amblas.
“Papan-papan ini sebagian dikerjakan oleh orang kampung, sebagian lagi oleh para sopir taksi. Jika ada papan menjadi penopang ban, kendaraan tak lagi amblas,” ujar salah seorang sopir taksi jurusan Sukamara - Sei Bantu.
Perbaikan jalan tersebut juga terkait dengan menghadapi arus mudik dan balik lebaran ke Sukamara. Para sopir taksi Sukamara sempat melakukan swadaya perbaikan jalan dengan mengumpulkan kayu sibitan (bekas potongan papan) untuk memperkuat badan jalan di sekitar perkampungan Sei Ramis yang rusak parah.
“Kayu sibitan ini untuk memperbaiki jalan di pantai (Sei Ramis). Di sana mobil sering amblas karena jalannya yang rusak. Dengan ditambah kayu, badan jalan akan kuat mempermudah mobil lewat sehingga perjalanan penumpang akan lebih aman dan nyaman,” ujar Ketua Perkumpulan Taksi Sukamara, Afan.
Persolaan kondisi jalan di Sukamara-Sei Bantu (Sei Ramis) memang menjadi permasalahan utama transportasi. Kondisi jalan yang berpasir, menyebabkan taksi sering amblas di tengah perjalanan. Pelak saja, membuat penumpang maupun sopir taksi sendiri kecewa. Sehingga wajar jika mereka meminta perhatian kepada pemerintah daerah agar segera memperbaiki jalan tersebut.
“Jika kondisinya seperti ini terus, jelas akan mengganggu kenyamanan penumpang. Seyogyanya pemerintah daerah memperhatikan permasalahan jalan ini karena menyangkut kepentingan masyarakat,” komentar Krisna, salah seorang warga. (fzr)
Selasa, 16 Oktober 2007Lebaran,

Arus Transportasi di Sukamara Aman

SUKAMARA – Selama menjelang lebaran dan paska lebaran, arus transportasi di Sukamara masih aman. Kendati demikian, para pemudik dihimbau tetap dalam keadaan waspada dan tetap menggunakan perlengkapan keamanan berkendaraan.
“Arus transportasi di Sukamara lancar, karena tidak seramai di daerah lain. Meski begitu, para pengendara bermotor harus tetap memperhatikan kelengkapan pengamanan berkendaraan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Kasatlantas Polres Pan Sukamara, IPDA Sumarya.
Disampaikannya, arus transportasi kendaraan roda dua saat ini mengalami peningkatan menuju ke arah Kotawaringin Lama dibanding hari-hari biasanya. Hal tersebut disebabkan para pemudik memilih jalur transportasi air dari Kotawaringin menuju ke Pangkalan Bun.
“Mereka ada yang memilih lewat Kotawaringin dengan menggunakan sepeda motor. Tetapi ada juga sebagian naik taksi lewat jalur Sungai Ramis menuju Pangkalan Bun,” tambah Sumarya.
Sementara itu, arus balik ke Sukamara hingga hari kedua lebaran ini mulai mengalami peningkatan. Bahkan, untuk melayani penumpang dari dan ke Sukamara, terlihat penambahan armada speed boat di Dermaga Sungai Bantu.
“Mulai kemarin sudah banyak yang balik ke Sukamara. Diperkirakan peningkatan jumlah penumpang ini akan terus hingga beberapa hari ke depan sebab jadwal libur para pegawai juga belum habis,” ujar salah seorang sopir taksi.
Untuk menjamin keamanan dan keselamatan para pengguna jalan, pihak kepolisian juga membuat posko pengamanan lebaran di komplek pasar Sukamara, wadah mangkalnya taksi jurusan Sukamara –Sungai Bantu.
“Kepada para taksi, kami juga menghimbau agar jangan lupa melengkapi kendaraan dengan alat pengamanan seperti sabuk pengaman, dan tidak mengangkut penumpang berlebihan demi kemananan dan kenyamanan para penumpang,” tukas Sumarya. (fzr)
Jumat, 19 Oktober 2007Pemasangan Rambu Lalu Lintas

DikeluhkanKasatlantas Mengaku Tak Dilibatkan DishubSUKAMARA -

Penempatan rambu-rambu lalu lintas oleh Dinas Perhubungan di beberapa titik ruas jalan yang ada di Sukamara dinilai masyarakat kurang tepat, sehingga sering dikeluhkan oleh pengguna jalan.
Seperti pemasangan rambu di Jalan Setya Yakin, penempatan satu arah dinilia kurang tepat. Pasalnya apabila hendak menuju Jalan Cakra Adi Wijaya, pengendara harus memutar terlebih dulu dan jaraknya relatif jauh. Apalagi jalan tersebut masih terlalu sempit, sehingga sangat menyulitkan.
Hal ini diperkuat dengan keterangan para pengendara, khususnya para sopir truk maupun mobil boks, yang setiap hari melewati jalan tersebut. Menurut pengakuan para sopir, mereka merasa direpotkan dengan adanya rambu perubahan jalur tersebut. Sementara untuk memutar balik arah kendaraan dirasa mustahil untuk dilakukan karena sempitnya Jalan Cakra Adi Wijaya dan ramainya aktivitas perdagangan.
“Seharusnya pemasangan rambu seperti ini didukung dengan adanya ukuran jalan yang memadai. Apabila diterapkan aturan seperti ini, pengendara akan kewalahan setiap melewati jalan ini. Kalau dulu kami biasa memutar kendaraan dengan melewati Jalan Setya Yakin,” ungkap Udin yang mengaku setiap hari melewati Jalan Setia Yakin dan merasakan kesulitan setelah jalan tersebut di jadikan satu arah.
Sementara itu, Kasatlantas Polres Sukamara, IPDA Sumarya mengatakan bahwa proses pemasangan beberapa rambu oleh Dinas Perhubungan di dalam kota tersebut sama sekali tidak melibatkan pihaknya. Padahal seharusnya, pekerjaan seperti ini merupakan hasil koordinasi antara dua pihak tersebut.
“Memang Satlantas pernah diajak berkoordinasi untuk rencana pemasangan rambu-rambu lalu lintas ini. Namun dalam pemasangan di lapangan pihak kami sama sekali tidak dilibatkan,” terang Sumarya.
Ditambahkannya pula bahwa dalam praktik pemasangan rambu tersebut ada beberapa yang dinilai kurang tepat. Seperti pemasangan rambu kawasan parkir dan bebas parkir di lingkungan pasar Sukamara. Disebutkan dia, seharusnya rambu semacam itu harus dipasang menghadap ruas jalan.
“Kurang tepatnya pemasangan rambu area parkir dan bebas parkir ini telah saya sampaikan kepada pihak terkait. Namun Dishub sampai saat ini belum melakukan perbaikan,” katanya.
Sedangkan mengenai aturan satu arah untuk jalan Setya Yakin, menurutnya bahwa sampai 30 hari dari waktu pemasangan masih dalam masa sosialisasi, sehingga belum ada penindakan bagi pelanggarnya. (mug)

Median Jalan Cilik Riwut Banyak Rusak

Jumat, 19 Oktober 2007

SUKAMARA – Kondisi median jalan (plangson) di Jalan Cilik Riwut banyak yang rusak. Di beberapa titik terlihat median yang hancur, khususnya di beberapa titik di pulau jalan. Akibat kerusakan tersebut cukup membuat tidak nyaman mata yang melihat. Pasalnya, median jalan tersebut terbilang baru dibangun.
“Sebagian baru selesai dibangun tahun tadi, tapi kondisinya sudah banyak yang rusak. Mungkin banyak yang ditabrak oleh kendaraan sehingga menjadi hancur. Tetapi seharusnya kondisi rusak seperti itu menjadi perhatian instansi terkait, dan segera diperbaiki. Apalagi setiap hari para pegawainya melintasi jalan itu,” ujar Rasid, salah seorang warga.
Sekadar diketahui, hot mix Jalan Cilik Riwut menuju ke Kantor Bupati Sukamara saat ini telah dilanjutkan. Hanya satu lajur yang masih dikerjakan dan sudah mendekati Kantor Bupati, sedangkan lajur lainnya hanya sempat dibangun dan sekarang masih terhenti di persimpangan Jalan Sedawak. (fzr)